Ada banyak momen yang masuk akal untuk meminta maaf. Tetapi dalam dunia profesional, banyak hal bisa menjadi sedikit rumit. Karena norma di tempat kerja, harapan, dan pengkondisian sosial, terkadang tidak jelas kapan permintaan maaf diperlukan dan kapan Anda bisa melepaskan kesalahan. Dalam hal pekerjaan, permintaan maaf bisa sangat menegangkan dan canggung.
Untuk membantu Anda menavigasi pertanyaan penting tersebut, beberapa hal yang bisa Anda ketahui tentang meminta maaf di tempat kerja, termasuk kapan perlu meminta maaf, situasi umum saat meminta maaf tidak masuk akal, dan apa yang harus dikatakan sebagai ganti permintaan maaf.
Kapan perlu meminta maaf di tempat kerja
Pada tingkat dasar, tampaknya sederhana: Anda meminta maaf jika melakukan kesalahan. Tetapi skala kesalahan juga penting. Lagi pula, tidak ada yang ingin menjadi orang yang terus-menerus meminta maaf atas kesalahan kecil, seperti salah ketik dalam presentasi atau terlambat dua menit datang ke rapat. Rasanya memang tidak perlu, dan bahkan bisa mengganggu. Sebaliknya, Anda tidak ingin menjadi orang yang menolak untuk meminta maaf untuk apa pun.
Berikut adalah kerangka untuk membantu Anda mengetahui kapan bisa meminta maaf dan kapan bisa melakukan hal lain sebagai gantinya:
1 Apakah Anda melakukan kesalahan?
Jika kesalahan yang dimaksud di luar kendali Anda, sesuatu selain kesalahan, atau disebabkan oleh orang lain, maka Anda tidak perlu meminta maaf. Jika Anda memang melakukan kesalahan, permintaan maaf mungkin diperlukan—tetapi tidak selalu. (Lanjut ke pertanyaan dua.)
2 Apakah kesalahan tersebut berdampak pada orang lain?
Jika, misalnya, Anda mengetahui dan memperbaiki kesalahan sebelum berdampak pada orang lain, Anda tidak perlu meminta maaf. Namun, jika hal tersebut berdampak (seperti membuat pekerjaan orang lain lebih sulit atau menyakiti perasaan seseorang), maka Anda perlu untuk meminta maaf.
Tips untuk menghindari permintaan maaf yang berlebihan di tempat kerja
Secara umum meminta maaf, bahkan ketika Anda tidak melakukan kesalahan apa pun, mungkin terasa seperti pilihan yang aman. Bagaimanapun, mungkin permintaan maaf Anda akan memuluskan segalanya. Tetapi permintaan maaf yang berlebihan dapat berdampak buruk pada Anda, membuat orang lain menganggap Anda kurang percaya diri, merasa tidak nyaman atau tidak aman. Kerangka di atas dapat membantu Anda menentukan kapan umumnya perlu untuk meminta maaf dan merenungkan apakah ada sesuatu yang salah atau tidak. Tetapi aspek lain yang perlu Anda pertimbangkan di sini adalah konteks.
Misalnya, jika baru-baru ini Anda mengalami keadaan darurat pada keluarga, Anda mungkin tidak perlu meminta maaf karena tiba-tiba mengambil cuti atau merespon email yang tertunda. Karena hal tersebut benar-benar masuk akal, dan orang-orang yang berakal tidak akan menahan Anda untuk bertindak sesuai etiket di tempat kerja. Dan jika reaksi naluri Anda untuk meminta maaf berasal dari rasa tidak aman atau ketakutan akan reaksi negatif dari orang lain, mengenali dan menghentikan reaksi tersebut dapat membantu Anda untuk melawannya.
Di sisi lain, Anda mungkin tidak segera menyadari bahwa Anda telah melakukan kesalahan, atau Anda mungkin telah melakukan sesuatu yang berdampak negatif pada orang lain tanpa disengaja. Meskipun niat itu penting, selalu penting untuk mengenali konsekuensi dari tindakan Anda. Misalnya, jika seseorang dengan seenaknya mengatakan sesuatu yang menyinggung, mereka mungkin tidak menyadari bahwa itu menyinggung pada saat itu. Tetapi orang yang tersinggung tetap dirugikan dalam interaksi tersebut. Penting untuk mengakui kesalahan dan mengakuinya dengan permintaan maaf.
Namun, jika sepertinya permintaan maaf tidak diperlukan, ada cara lain untuk mengakui apa yang sedang terjadi.
Berikut adalah beberapa contoh umum ketika Anda tidak perlu meminta maaf, jika Anda:
- Meminta bantuan atau klarifikasi
- Memberikan pendapat Anda saat sedang rapat
- Mendelegasikan pekerjaan (dengan asumsi proses tersebut dilakukan dengan tepat)
- Mengambil cuti dari pekerjaan
- Meminta informasi tambahan
- Memiliki kendala teknologi yang memengaruhi pekerjaan Anda
Apa yang bisa dikatakan selain “Saya minta maaf”
Bahkan ketika Anda tidak perlu meminta maaf, kata maaf mungkin bersifat refleksif: Anda mengucapkannya karena kebiasaan. Tetapi penting untuk mengatakan apa yang sebenarnya Anda maksud. Faktanya, penggunaan kata maaf yang berlebihan bisa terdengar hampa dan, dalam kasus yang ekstrem, bahkan menumbuhkan kebencian.
Misalnya, jika sebuah proyek memakan waktu lebih lama dari perkiraan semula karena issue rantai pasokan, Anda dapat memilih untuk mengatakan, “Terima kasih atas kesabaran Anda.” (Metode terima kasih juga berfungsi untuk menerima umpan balik atas pekerjaan Anda.) Atau Anda bisa menggunakan ke jalur penghargaan, mengatakan sesuatu seperti: “Saya menghargai kesabaran Anda.” Seringkali, menunjukkan pengertian sudah cukup ketika mengungkapkan penyesalan Anda atas ketidaknyamanan. Misalnya, ketika Anda mengatakan sesuatu seperti, “Saya mengerti penundaan ini sudah memengaruhi Anda,” Anda menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda tidak mengabaikan pengalaman mereka.
Anda dapat memilih untuk hanya mengakui apa yang telah terjadi. Misalnya, seseorang yang mengirim tautan yang salah dalam email tetapi menangkapnya sebelum email itu dibaca dapat berkata, “Sepertinya saya mengirim tautan yang salah di email sebelumnya. Ini yang benar.”
Jika Anda meminta bantuan untuk sesuatu, penting untuk bersikap ramah tentang hal itu dan menyadari bahwa orang lain selalu memiliki hak untuk mengatakan tidak. Misalnya, Anda dapat mengatakan sesuatu seperti: “Apakah Anda punya waktu untuk ini?” atau “Saya ingin mendapatkan masukan Anda di sini.”
Source: grammarly.com
Penulis: Pitta Sekar Wangi | Editor: Tim Redaksi